Teknik dasar permainan alat musik karawitan Gamelan Bali
1. Teknik dasar permainan Kendang
Motip pukulan Kendang pepanggulan :
a. Gegulet/Gilak yaitu kombinasi pukulan yang sama diantara kendang lanang dan wadon.
b. Motip Batu-batu yaitu secara tunggal lanang wadon yang dimainkan dengan memainkan paggul kendang.
c. Motip Ngunda yaitu motip angsel deweu atau aksen panjang, merupakan
kombinasi antara kendang lanang dan wadon dengan beberapa variasi.
d. Motip Nganduh yaitu motip pukulan kendang yang merupakan salah satu
bentuk variasi dari motip ngunda yang dipergunakan sebagai pertanda
untuk mengakhiri sebuah lagu
sample ( http://www.youtube.com/watch?v=qUDrzkNwuUU&feature=related )
2. Teknik dasar permainan Reong : Instument ini dimankan oleh 4 orang
dengan masing2 pemain memainkan sepasang panggul dengan 2 tangan, sikap
memainkan reong sebagaimana terdapat pada prakempa disebut sebagai
amanggang jatah atau memanggang sate. Dalam memainkan sebuah komposisi
terdapat beberapa teknik yang dilakukan diantaranya a. Kebelet polos
b. kebelet sangsih
c. Kebelet polos sangsih
d. Ngerambat penyorog
e. Ngerambat pengenter
f. Ngerambat penyelah
g. Ngerambat pemetit
h. Penggabungan (keseluruhan)
sample ( http://www.youtube.com/watch?v=nfHe3C0Pgvg&feature=related )
3. Teknik dasar permainan Bonang: Instrument Bonang dimainkan oleh 3
orang penanbuh dengan menggunakan sepasang alat pukul panggul yang
dipegang tangan kiri dan kanan. Seorang pemain memainkan pomblang dan 2
orang penabuh lainnya memainkan figurasi atau hiasan berupa permainan
kotekan atau jalinan sesuai dengan melodi pokok
a. Nada dasar Dang
b. Nada dasar Ding
c. Nada dasar Dong
d. Nada dasar Deng
e. Nada dasar Dung
Sample ( http://www.youtube.com/watch?v=y_T6LnCQOdc&feature=related )
4. Teknik dasar permainan Jublag : Sama hal nya dengan penyacah
jublag juga termasuk Instrument pemangku melodi, adapun teknik dasar
permainan isturment ini di sebut dengan neliti yaitu memukul atau
memainkan nada-nada pokok atau bantang gending dengan konsisten atau
ajeg tanpa adanya variasi. Namun demikian walaupun memiliki kesamaan
dalam hal teknik sistem permainan yang dilakukan berbeda dengan apa yang
dilakukan pada Instrumen nyacah, Instrumen Jublag dimainkan dengan
pukulan lebih jarang dari penyacah
a. Kekenyongan Jublag.
Sample (
5. Teknik permainan dasar Gangsa jongkok dilihat dari ukuran fisik
nya terdapat 3 jenis ukuran dari yang paling kecil yaitu Pengangkep
Alit, ukuran menengah yang disebut Pengangkep Ageng dan Penunggal.
a. Pengankep Alit Instrume ini merupakan gangsa jogkok yang paling kecil
dibandingkan dengan yang lainya, namun demikian kesamaannya terletak
pada nada dimana terdapat 5 bilah nada, dimana 1 oktaf nada pelog dengan
nada yang tinggi.
b. Pengangkep Ageng lebih besar dari pengangkep Alit walaupun berbeda
ukuran instrumen ini memiliki urutan nada yang sama dengan pengangkep
Alit namun dalam oktaf yang sedang.
c. Penunggal memiliki fisik terbesar dari jenis Gangsa Jongkok meski
demikian dalam penunggal juga terdapat urutan nada yang sama dengan
oktap yang lebih rendah.
Sample ( http://www.youtube.com/watch?v=dW9KA6rTxic&feature=related )
6. Teknik dasar permainan Jegongan : Sebagai salah satu Instrumen
yang berfungsi sebagai pemangku melodi, jegongan dimainkan dengan
memberikan penekanan pada ruasruas melodi. Adapun teknik permainannya
disebut dengan Temu Guru yaitu : pukulan yang mempertemukan nada dari
semua instrumen, dan biasanya jatuh bersamaan dengan pukulan ke 4 atau
ke 8 dari instrumen Jublag.
Sample ( http://www.youtube.com/watch?v=jlOMlRbYkQc&feature=related )
7. Teknik dasar permainan Terompong : Terompog dimainkan oleh seorang
penabuh dengan mempergunakan panggul pada kedua tangan kiri dan kanan,
tingginya pelawah dari instrumen ini mengharuskan pemain terompong
menggunakan bangku sebagai tumpuan tempat duduk. Terdapat beberapa
teknik pukulan pada terompong diantaranya :
a. Nyilih Asih yaitu teknik mempermainkan terompong yang memukul nada
satu persatu secara bergantian dengan dua tangan secara berurutan atau
jarak nada berjauhan mengikuti alur melodi pokok.
b. Ngembat atau ngangkep yaitu memukul nada secara bersamaan dalam 2 oktaf yang berbeda dengan jarak 4 nada.
c. Ngempyung atu ngiru yaitu teknik permainan yang dilakukan dengan
memukul bersamaan 2 buah nada yang berbeda dengan jarak 2 nada yang
akhirnya menimbulkan sebuah harmoni.
d. Ngluluk yaitu memukul 2 nada yang berjarak dekat atau berjauhan atau dengan hanya penekanan pada satui nada.
f. Netdet yaitu pengembangan motif ngilih asih dengan memukul atau
memainkan 2 nada yang berdekatan dimana nada yang dimainkan tangan kanan
ditutup diimbangi dengan pukulan nada yang lain dengan tangan kiri.
g. Niltil yaitu memukul atau memainkan nada secara berkesinambungan
dengan jarak pukulan dari tempo lambat semakin lama semakin cepat.
h. Ngerumpuk yaitu motif ini merupakan pengembangan dari motip ngluluk
dan niltil namun dilakukan dengan memukul 2 nada secara bergantian
dengan pukulan ganda.
i. Ngerumpuk ulah ulih yaitu merupakan pengembangan dari pukulan
ngerumpuk dimana motif permainan dilakukan dengan bolak balik kembali ke
nada semula.
j. Nebenin ( membelakangi ) yaitu pukulan terompong yang dilakukan
dengan memainkan ke dua tangan di variasikan dengan pukulan ngilih asih
ngembat dan ngempyung membelakangi atau setelah melodi pokok.
k. Ngoret yaitu 2 macam bentuk pukulan ngoret yaitu Ngoret ngili Asih dan ngoret ngembat.
l. Ngerot yaitu sebuah motif pukulan yang merupakan kebalikan pukulan
ngoret diman 3 buah nada dimainkan dengan tangan kiri dan kanan ke arah
nada yang lebih rendah.
Sample ( )
8. Teknik dasar Permainan Ceng-ceng kopyakn : Ceng-ceng kopyak adalah
instrumen yang tergolong instumen ornamentasi dimana fungsinya
memberikan hiasan-hiasan untuk meramainkan sertaq memperkeruh suasana
penyajian sebuah komposisi. Adapun teknik memainkan nya disebut ngopyak
yaitu membenturkan bagian dalam dari masing-masing cakep nya yang di
pegang kedua belah tangan kiri dan kanan
a. Cek Lima
b. Cek Besik
c. Cek lima dan cek Besik
sample ( http://www.youtube.com/watch?v=efN0F1smgfU&feature=related )
http://tatabuhan.wordpress.com/2011/12/03/teknik-dasar-permainan-alat-musik-karawitan-gamelan-bali/
Senin, 06 Januari 2014
KARAWITAN SUNDA
Pengertian Karawitan
Keragaman seni budaya nusantara merupakan pembentuk kebudayaan nasional. Kita ketahui bahwa salah satu bagian dari kebudayaan itu diantaranya kesenian. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bawha kesenian daerah merupakan unsur penting dalam pembentuk kesenian nasional.
apabila diteliti secara seksama tentang kesenian daerah yang ada diindonesia sangat beraneka ragam bentuk, hal ini merupakan salah satu diantaranya. Karawitan merupakan salah satu bentuk kesenian yang ada di indonesia, seperti kita kenal ada Karawitan Jawa, Karawitan Sunda, dan Karawitan Bali serta banyak lagi jenis-jenis karawitan lainnya.
Karawitan sunda mempunyai ciri tersendiri, pertumbuha, dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang Sunda serta aspek sosial kehidupannya. Istilah karawitan dalam Bahasa Sunda merupakan istilah baru, tetapi cepat meluas sehingga istilah karawitan dianggap sebagai istilah yang telah baku dalam kesenian Sunda.
Pengertian yang telah memasyarakat tentang karawitan adalah seni suara daerah yang berpedoman pada laras Selog dan Salendro. Banyak juga pendapat-pendapat lain tentang karawitan, seperti pendapat para ahli karawitan (Pangrawit) Sunda. Yang perlu kita ketahui bawha istilah karawitan itu berasal dari Bahasa Jawa, mengingat sekitar kurang lebih tahun 1920, istilah karawitan dipergunakan pada sebuah kursus menabuh gamelan di Keraton Surakarta.
Macam-macam Bentuk Karawitan
Ada tiga macam bentuk, diantaranya :
1. Karawitan Sekar adalah jenis karawitan yang terbentuk melalui penyajian suara manusia (vokal).
2. Karawitan Sekar Gending adalah bentuk karawitan yang terbentuk melalui penyajian alat musik/instrumen atau waditra.
3. Bentuk karawitan yang disajikan melalui perpaduan antar suara manusia (vokal) dengan alat musik/instrumen atau waditra.
Karawitan Sekar
Karawitan sekar terdiri atas :
- Lagu-lagu kawih Sunda atau lagu-lagu kepesindenan.
- Lagu-lagu pupuh sekar tandak.
- Lagu-lagu tembang Sunda/Cianjuran.
- Lagu-lagu pupuh sekar irama merdika.
Karawitan Gending
Yang termasuk jenis karawitan gending diantaranya :
Jenis karawitan sekar gending, diantaranya :
Ada gamelan yang sudah lama terlupakan yaitu KOROMONG yang ada di Kp. Lamajang Desa Lamajang Kec. Pangalengan Kab. Bandung. Gamelan ini sudah tidak dimainkan sejak kira-kira 35 – 40 tahun dan sudah tidak ada yang sanggup untuk menabuhnya karena gamelan KOROMONG ini dianggap mempunyai nilai mistis. Gamelan KOROMONG ini sekarang masih ada dan terpelihara dengan baik. Untuk supaya gamelan KOROMONG ini dapat ditabuh, maka kata yang memegang dan merawat gamelan tersebut harus dibuat Duplikatnya.
http://prayogo13sa.wordpress.com/2013/06/22/karawitan-sunda/
Keragaman seni budaya nusantara merupakan pembentuk kebudayaan nasional. Kita ketahui bahwa salah satu bagian dari kebudayaan itu diantaranya kesenian. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bawha kesenian daerah merupakan unsur penting dalam pembentuk kesenian nasional.
apabila diteliti secara seksama tentang kesenian daerah yang ada diindonesia sangat beraneka ragam bentuk, hal ini merupakan salah satu diantaranya. Karawitan merupakan salah satu bentuk kesenian yang ada di indonesia, seperti kita kenal ada Karawitan Jawa, Karawitan Sunda, dan Karawitan Bali serta banyak lagi jenis-jenis karawitan lainnya.
Karawitan sunda mempunyai ciri tersendiri, pertumbuha, dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang Sunda serta aspek sosial kehidupannya. Istilah karawitan dalam Bahasa Sunda merupakan istilah baru, tetapi cepat meluas sehingga istilah karawitan dianggap sebagai istilah yang telah baku dalam kesenian Sunda.
Pengertian yang telah memasyarakat tentang karawitan adalah seni suara daerah yang berpedoman pada laras Selog dan Salendro. Banyak juga pendapat-pendapat lain tentang karawitan, seperti pendapat para ahli karawitan (Pangrawit) Sunda. Yang perlu kita ketahui bawha istilah karawitan itu berasal dari Bahasa Jawa, mengingat sekitar kurang lebih tahun 1920, istilah karawitan dipergunakan pada sebuah kursus menabuh gamelan di Keraton Surakarta.
Macam-macam Bentuk Karawitan
Ada tiga macam bentuk, diantaranya :
1. Karawitan Sekar adalah jenis karawitan yang terbentuk melalui penyajian suara manusia (vokal).
2. Karawitan Sekar Gending adalah bentuk karawitan yang terbentuk melalui penyajian alat musik/instrumen atau waditra.
3. Bentuk karawitan yang disajikan melalui perpaduan antar suara manusia (vokal) dengan alat musik/instrumen atau waditra.
Karawitan Sekar
Karawitan sekar terdiri atas :
- Sekar Tandak adalah sekar atau lagu yang terikat oleh wiletan atau birama, diantaranya :
- Lagu-lagu kawih Sunda atau lagu-lagu kepesindenan.
- Lagu-lagu pupuh sekar tandak.
- Sekar Irama Merdika adalah sekar atau lagu yang tidak terikat oleh wiletan atau birama, seperti :
- Lagu-lagu tembang Sunda/Cianjuran.
- Lagu-lagu pupuh sekar irama merdika.
Karawitan Gending
Yang termasuk jenis karawitan gending diantaranya :
- Lagu-lagu Degung Klasik yang instrumentalia seperti lagu :Ladrak, Pajajaran Kintel Bueuk, manintin Serang, Mayu Selas, dan lain-lain.
- Gending Wanda Anyar ; gending wanda anyar merupakan ciptaan komposisi gending baru yang diciptikan oleh H. Koko Koswara dan Nano, S. Gending wanda anyar biasanya memiliki tema, isi, dan tujuan.
- Kecapi suling (instrumentalia)
- Gambangan
- Overture
- Gending karatagan pada acara pembukaan pertunjukan wayang golek.
Jenis karawitan sekar gending, diantaranya :
- Lagu-lagu sekar gending, seperti lagu : Gerimis kasorenankeun, Gupay Lembur, Gupay Pileleuyan, Hujan Munggaran, dan lain-lain.
- Lagu-lagu sempal guyon kawih Sunda, seperti lagu :Kasenian, lagu Kareta Api, Lagu Berkat Katitih Mahal,dan lain-lain.
- Gending Karesmen : Gending Karesmen Si Kabayan, Lutung Kasarung, Dayang Sumbi, gending Karesmen Pitaloka Citraresmi, dan lain-lain.
- Sebagai pengiring lagu atau nyanyian.
- Untuk mengiringi tarian terutama tari Sunda.
- Untuk pengisi suasana dalam suatu adegan sendra tari atau gending karesmen.
- Sebagai ungkapan rasa etika.
- Sebagai pencerminan jiwa.
- Sarana hiburan yang bersifat social bersifat social maupun komersial.
- Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalau sejak mereka lahir secara tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam mengajak bermain, dalam tahap-tahap mulai belajar bicara, belajar berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Itulah sebabnya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam arti kelestariannya terlihat karena selalu dilakukan dari generasi ke generasi.
- Seperti telah diterangkan di atas, sekar mempunyai kedudukan yang tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar berbeda dengan bicara biasa, sekar sangat dekat bahkan terkadang sangat dominant dengan lagam bicara atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka dalam mengungkapkan percakapan seringkali seolah-olah bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat erat itulah kiranya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung menyebutkan bahwa cara bicara orang Sunda seperti bernyanyi. Memang erat dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata dalam kedudukan sekar merupakan salah satu alat pengungkap masalah atau tema yang diketengahkan. Kata yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu, misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila bersenandung atau ngahariring/hariring.
Ada gamelan yang sudah lama terlupakan yaitu KOROMONG yang ada di Kp. Lamajang Desa Lamajang Kec. Pangalengan Kab. Bandung. Gamelan ini sudah tidak dimainkan sejak kira-kira 35 – 40 tahun dan sudah tidak ada yang sanggup untuk menabuhnya karena gamelan KOROMONG ini dianggap mempunyai nilai mistis. Gamelan KOROMONG ini sekarang masih ada dan terpelihara dengan baik. Untuk supaya gamelan KOROMONG ini dapat ditabuh, maka kata yang memegang dan merawat gamelan tersebut harus dibuat Duplikatnya.
http://prayogo13sa.wordpress.com/2013/06/22/karawitan-sunda/
PENGETAHUAN KARAWITAN DASAR CARA MENABUH GAMELAN YANG BAIK DAN BENAR
PENGERTIAN
Karawitan adalah seni musik tradisional Jawadengan peralatan yang lengkap dan telah berkembang secara turun-temurun sesuai dengan perkembangan jaman dan tidak meninggalkan keasliannya.
Perangkat peralatan musik tradisional itu disebut Gamelan, yang terdiri dari bermacam-macam alat atau ricikan.
SEJARAH KARAWITAN
Karawitan dikenal sejak jaman Kalingga, pada jaman raja Syailendra. Tentu saja peralatannya (ricikan) masih sangat sederhana. Intonasi nada yang ada masih sederhana pula. Sejak jaman Syailendra itulah dikenal alat musik tradisional (gamelan), yang sampai sekarang dikenal dengan gamelan Slendro, dalam satu oktaf dibagi 5 nada, yaitu : 1, 2, 3, 5, 6.
Pada jaman Majapahit, seni karawitan telah berkembang dengan baik, walaupun peralatannya masih sangat sederhana. Gamelan berlaras Slendro telah dikembangkan pula dengan gamelan laras Pelog, yang dalam satu oktaf dibagi 7 nada, yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
Pada jaman Mataram, dua jenis gamelan yang masih sangat sederhana tersebut mulai dilengkapi dengan alat (ricikan) baru sebagai penunjangnya, sehingga ricikan lebih banyak dan lengkap seperti yang ada sekarang ini.
Pada jaman Mataram ini pula, dua jenis gamelan tersebut (Pelog dan Slendro), disatukan menjadi satu satuan musik yang saling berkaitan dan saling melengkapi.
Pada jaman dahulu Karawitan hanya tumbuh dan dikembangkan di dalam lingkungan keraton. Bahkan para bangsawan dan kerabat Keraton boleh dikatakan wajib menguasai bidang Karawitan, Tembang dan Tari.
Bagi masyarakat luas yang tinggal di luar keraton tidak dapat mempelajari Karawitan dengan metoda menabuh Gamelan yang baik dan benar. Dengan semangat yang tinggi, mereka belajar sendiri sesuai dengan suara Gamelan yang pernah didengarnya dari dalam Keraton. Karawitan yang tidak memakai metode menabuh yang baik dan benar ini, disebut Karawitan Alam. Pada jaman sekarang, Keraton bukanlah satu-satunya sumber pengembangan seni karawitan. Untuk mengembangkan seni karawitan, telah banyak didirikan pendidikan formal seperti PMKT, STSI yang memberikan pedoman dan Metoda Karawitan yang baik dan benar.
Pengembangan seni karawitan dapat pula dilakukan melalui Radio, TV dan media elektronik lainnya. Disamping itu telah banyak pula kelompok-kelompok Karawitan yang telah mampu mengembangkan karawitan dengan baik dan benar. Oleh karena itu sangatlah disayangkan kalau masih ada Karawitan Alam yang tidak mau mengikuti metode menabuh gamelan yang benar.
Pada jaman serba modern sekarang ini, banyak yang ingin mengambangkan Musik Gamelan (diatonis) dengan musik pentatonis. Namun perpaduan dua jenis musik tersebut masih bersifat kreatif saja, belum dapat dijadikan suatu musik baru, karena keduanya tidak dapat difungsikan mutlak secara bersama-sama.
JENIS PERALATAN GAMELAN
Jika ditinjau dari sumber bunyi, pada umumnya peralatan (ricikan) gamelan terdiri dari bermacam-macam jenis. Pada umumnya gamelan terdiri dari alat musik pukul, yaitu : bonang barung, bonang, penerus, slenthem, demung, saron, peking, gender barung, gender, penerus, gambang, kempul/ gong, kenong dan kendang. Tetapi ada juga jenis alat musik lain, misalnya : alat musik tiup (suling), alat musik gesek (rebab), alat musik petik (siter).
ETIKA KARAWITAN
Karawitan merupakan seni musik yang adi luhung. Dapat disajikan dalam nuansa gembira, sedih, jenaka, marah, bahkan dapat disajikan secara khusus pada acara sakral dalam kegiatan ritual. Oleh karena itu penampilan dalam penyajian Karawitan perlu diperhatikan pula etika dan tata krama yang berlaku. Pada penyajian karawitan, para penabuh tidak dibenarkan menabuh sesuka hati, tanpa metoda maupun posisi menabuh yang tidak semestnya.
Pada penyajian Karawitan, para penabuh harus berpedoman pada metode Karawitan dan cara menabuh Gamelan yang berlaku secara umum.
Etika Penyajian Karawitan dan cara menabuh gamelan yang baik adalah sebagai berikut :
1. Waktu akan masuk dan keluar tempat gamelan, tidak diperkenankan melangkahi ricikan.
2. Menabuh ricikan dengan cara/teori yang benar.
3. Menabuh dengan bersikap tenang, posisi duduk bersila, menghadap ke ricikan yang sedang ditabuh.
4. Pada saat menabuh tidak boleh sambil merokok atau makan.
5. Tidak berpindah tempat pada waktu menabuh gemelan.
6. Pada saat menabuh tidak diperkenankan sambil bercakap-cakap dengan orang diluar tempat Karawitan.
BENTUK LAGU DALAM KARAWITAN
Lagu yang biasa disajikan dalam Karawitan terbagi menjadi beberapa bentuk lagu yaitu :
1. Lancaran >>> lancaran mlampah >>> lancaran tiban
2. Ketawang
3. Ladrang
4. Gending >>> ketawang gending >>> gending ageng
5. Jineman (tenang)
6. Srepegan (marah)
LARAS DALAM GAMELAN JAWA
Laras merupakan satu satuan jenis nada dalam Gamelan pada Gamelan Jawa ini mempunyai 2 (dua) macam laras yang berlainan, yaitu laras Slendro dan laras Pelog.
Laras Slendro setiap oktaf dibagi menjadi 5 nada, yaitu 1, 2, 3, 5, 6, sedangkan laras Pelog dibagi menjadi 7 nada, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Pada satu unit Gamelan bisa hanya berlaras Slendro atau berlaras Pelog saja. Tetapi pada Gamelan yang lengkap tersedia Gamelan berlaras Slendro dan Pelog. Karena Gamelan laras Slendro tidak sama dengan yang berlaras Pelog, maka agar kedua laras tersebut dapat digunakan sebagai satu satuan musik yang saling melengkapi, maka salah satu nadanya dibuat sma. Misalnya 6 slendro dibuat sama dengan 6 pelog. Pada perangkat, Gamelan seperti ini disebut Gamelan tumbuk 6. Ada pula Gamelan yang dibuat dengan tumbuk 5, tetapi yang umum dipakai sekarang adalah tumbuk 6. Sebagai contoh perbandingan nada dalam laras pada gamelan seperti tergambarkan pada skema di bawah ini.
PATHET DALAM SUATU LAGU KARAWITAN
Pathet adalah tingkatan tangga nada (tinggi-rendahnya) suatu lagu dalam Seni Karawitan. Pada lagu berlaras Slendro, pada umumnya dibagi menjadi 3 Pathet, yaitu Pathet 6, Pathet 9, Pathet Manyura. Pada lagu laras Slendro yang bernada Minir, biasanya disebut Barang Miring. Namun untuk Karawitan gaya Jawa Timuran, ada kalanya mempunyai Pathet 8, Pathet 10 dsb. Sedangkan lagu berlaras Pelog, pada umumnya dibagi menjadi 3 Pathet, yaitu Pathet 6, Pathet 5, Patet Barang. Sebagai gambaran perbandingan tinggi intonasi nada dalam suatu Pathet pada lagu, seperti tergambarkan pada skema di bawah ini.
DIALEKTIKA KARAWITAN
Tidak berbeda dengan bahasa manusia, Karawitan mempunyai dialek dalam penyajian lagu-lagunya. Dialek karawitan (gaya penyajian lagu) tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Gaya Surakarta
Berasal dari Keraton Surakarta, berkembang di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan di berbagai daerah Indonesia lainnya.
2. Gaya Yogyakarta (Mataraman)
Berasal dari Keraton Yogyakarta, pada umumnya berkembang lokal didaerah Yogyakarta, sebagian Jawa Tengah , Jawa Timur dan Jawa Barat.
3. Gaya Banyumasan
Berasal dari daerah Banyumas dan berkembang di Jawa Tengah sebelah barat.
4. Gaya Semarangan
Berasal dari daerah Semarang dan berkembang di daerah pantai utara Jawa Tengah.
5. Gaya Jawa Timuran.
Berkembang didaerah Surabaya, Mojokerto, Jombang dan didaerah Malang.
Dari gaya karawitan seperti tersebut diatas, yang paling banyak berkembag dan disajikan adalah Gaya Surakarta. Dari karawitan Gaya Surakarta ini, berkembang menjadi karawitan berciri khas lokal, seperti gaya sragen, Ngawi Madiun, Tuban Tulungagung dsb.
PENUTUP
Demikianlah sekedar pengetahuan tentang karawitan yang dapat kami tuliskan. Masih banyak lagi hal-hal yang belum dapat kami sampaikan pada kesempatan ini. Pengetahuan teknik dasar menabuh Gamelan akan kami sampaikan pada kesempatan lain sesuai dengan waktu yang tersedia. Semoga apa yang kami sampaikan di atas dapat, menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi Saudara.
http://cakdurasim.blogspot.com/2011/10/pengetahuan-karawitan.html
Karawitan adalah seni musik tradisional Jawadengan peralatan yang lengkap dan telah berkembang secara turun-temurun sesuai dengan perkembangan jaman dan tidak meninggalkan keasliannya.
Perangkat peralatan musik tradisional itu disebut Gamelan, yang terdiri dari bermacam-macam alat atau ricikan.
SEJARAH KARAWITAN
Karawitan dikenal sejak jaman Kalingga, pada jaman raja Syailendra. Tentu saja peralatannya (ricikan) masih sangat sederhana. Intonasi nada yang ada masih sederhana pula. Sejak jaman Syailendra itulah dikenal alat musik tradisional (gamelan), yang sampai sekarang dikenal dengan gamelan Slendro, dalam satu oktaf dibagi 5 nada, yaitu : 1, 2, 3, 5, 6.
Pada jaman Majapahit, seni karawitan telah berkembang dengan baik, walaupun peralatannya masih sangat sederhana. Gamelan berlaras Slendro telah dikembangkan pula dengan gamelan laras Pelog, yang dalam satu oktaf dibagi 7 nada, yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
Pada jaman Mataram, dua jenis gamelan yang masih sangat sederhana tersebut mulai dilengkapi dengan alat (ricikan) baru sebagai penunjangnya, sehingga ricikan lebih banyak dan lengkap seperti yang ada sekarang ini.
Pada jaman Mataram ini pula, dua jenis gamelan tersebut (Pelog dan Slendro), disatukan menjadi satu satuan musik yang saling berkaitan dan saling melengkapi.
Pada jaman dahulu Karawitan hanya tumbuh dan dikembangkan di dalam lingkungan keraton. Bahkan para bangsawan dan kerabat Keraton boleh dikatakan wajib menguasai bidang Karawitan, Tembang dan Tari.
Bagi masyarakat luas yang tinggal di luar keraton tidak dapat mempelajari Karawitan dengan metoda menabuh Gamelan yang baik dan benar. Dengan semangat yang tinggi, mereka belajar sendiri sesuai dengan suara Gamelan yang pernah didengarnya dari dalam Keraton. Karawitan yang tidak memakai metode menabuh yang baik dan benar ini, disebut Karawitan Alam. Pada jaman sekarang, Keraton bukanlah satu-satunya sumber pengembangan seni karawitan. Untuk mengembangkan seni karawitan, telah banyak didirikan pendidikan formal seperti PMKT, STSI yang memberikan pedoman dan Metoda Karawitan yang baik dan benar.
Pengembangan seni karawitan dapat pula dilakukan melalui Radio, TV dan media elektronik lainnya. Disamping itu telah banyak pula kelompok-kelompok Karawitan yang telah mampu mengembangkan karawitan dengan baik dan benar. Oleh karena itu sangatlah disayangkan kalau masih ada Karawitan Alam yang tidak mau mengikuti metode menabuh gamelan yang benar.
Pada jaman serba modern sekarang ini, banyak yang ingin mengambangkan Musik Gamelan (diatonis) dengan musik pentatonis. Namun perpaduan dua jenis musik tersebut masih bersifat kreatif saja, belum dapat dijadikan suatu musik baru, karena keduanya tidak dapat difungsikan mutlak secara bersama-sama.
JENIS PERALATAN GAMELAN
Jika ditinjau dari sumber bunyi, pada umumnya peralatan (ricikan) gamelan terdiri dari bermacam-macam jenis. Pada umumnya gamelan terdiri dari alat musik pukul, yaitu : bonang barung, bonang, penerus, slenthem, demung, saron, peking, gender barung, gender, penerus, gambang, kempul/ gong, kenong dan kendang. Tetapi ada juga jenis alat musik lain, misalnya : alat musik tiup (suling), alat musik gesek (rebab), alat musik petik (siter).
ETIKA KARAWITAN
Karawitan merupakan seni musik yang adi luhung. Dapat disajikan dalam nuansa gembira, sedih, jenaka, marah, bahkan dapat disajikan secara khusus pada acara sakral dalam kegiatan ritual. Oleh karena itu penampilan dalam penyajian Karawitan perlu diperhatikan pula etika dan tata krama yang berlaku. Pada penyajian karawitan, para penabuh tidak dibenarkan menabuh sesuka hati, tanpa metoda maupun posisi menabuh yang tidak semestnya.
Pada penyajian Karawitan, para penabuh harus berpedoman pada metode Karawitan dan cara menabuh Gamelan yang berlaku secara umum.
Etika Penyajian Karawitan dan cara menabuh gamelan yang baik adalah sebagai berikut :
1. Waktu akan masuk dan keluar tempat gamelan, tidak diperkenankan melangkahi ricikan.
2. Menabuh ricikan dengan cara/teori yang benar.
3. Menabuh dengan bersikap tenang, posisi duduk bersila, menghadap ke ricikan yang sedang ditabuh.
4. Pada saat menabuh tidak boleh sambil merokok atau makan.
5. Tidak berpindah tempat pada waktu menabuh gemelan.
6. Pada saat menabuh tidak diperkenankan sambil bercakap-cakap dengan orang diluar tempat Karawitan.
BENTUK LAGU DALAM KARAWITAN
Lagu yang biasa disajikan dalam Karawitan terbagi menjadi beberapa bentuk lagu yaitu :
1. Lancaran >>> lancaran mlampah >>> lancaran tiban
2. Ketawang
3. Ladrang
4. Gending >>> ketawang gending >>> gending ageng
5. Jineman (tenang)
6. Srepegan (marah)
LARAS DALAM GAMELAN JAWA
Laras merupakan satu satuan jenis nada dalam Gamelan pada Gamelan Jawa ini mempunyai 2 (dua) macam laras yang berlainan, yaitu laras Slendro dan laras Pelog.
Laras Slendro setiap oktaf dibagi menjadi 5 nada, yaitu 1, 2, 3, 5, 6, sedangkan laras Pelog dibagi menjadi 7 nada, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Pada satu unit Gamelan bisa hanya berlaras Slendro atau berlaras Pelog saja. Tetapi pada Gamelan yang lengkap tersedia Gamelan berlaras Slendro dan Pelog. Karena Gamelan laras Slendro tidak sama dengan yang berlaras Pelog, maka agar kedua laras tersebut dapat digunakan sebagai satu satuan musik yang saling melengkapi, maka salah satu nadanya dibuat sma. Misalnya 6 slendro dibuat sama dengan 6 pelog. Pada perangkat, Gamelan seperti ini disebut Gamelan tumbuk 6. Ada pula Gamelan yang dibuat dengan tumbuk 5, tetapi yang umum dipakai sekarang adalah tumbuk 6. Sebagai contoh perbandingan nada dalam laras pada gamelan seperti tergambarkan pada skema di bawah ini.
PATHET DALAM SUATU LAGU KARAWITAN
Pathet adalah tingkatan tangga nada (tinggi-rendahnya) suatu lagu dalam Seni Karawitan. Pada lagu berlaras Slendro, pada umumnya dibagi menjadi 3 Pathet, yaitu Pathet 6, Pathet 9, Pathet Manyura. Pada lagu laras Slendro yang bernada Minir, biasanya disebut Barang Miring. Namun untuk Karawitan gaya Jawa Timuran, ada kalanya mempunyai Pathet 8, Pathet 10 dsb. Sedangkan lagu berlaras Pelog, pada umumnya dibagi menjadi 3 Pathet, yaitu Pathet 6, Pathet 5, Patet Barang. Sebagai gambaran perbandingan tinggi intonasi nada dalam suatu Pathet pada lagu, seperti tergambarkan pada skema di bawah ini.
DIALEKTIKA KARAWITAN
Tidak berbeda dengan bahasa manusia, Karawitan mempunyai dialek dalam penyajian lagu-lagunya. Dialek karawitan (gaya penyajian lagu) tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Gaya Surakarta
Berasal dari Keraton Surakarta, berkembang di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan di berbagai daerah Indonesia lainnya.
2. Gaya Yogyakarta (Mataraman)
Berasal dari Keraton Yogyakarta, pada umumnya berkembang lokal didaerah Yogyakarta, sebagian Jawa Tengah , Jawa Timur dan Jawa Barat.
3. Gaya Banyumasan
Berasal dari daerah Banyumas dan berkembang di Jawa Tengah sebelah barat.
4. Gaya Semarangan
Berasal dari daerah Semarang dan berkembang di daerah pantai utara Jawa Tengah.
5. Gaya Jawa Timuran.
Berkembang didaerah Surabaya, Mojokerto, Jombang dan didaerah Malang.
Dari gaya karawitan seperti tersebut diatas, yang paling banyak berkembag dan disajikan adalah Gaya Surakarta. Dari karawitan Gaya Surakarta ini, berkembang menjadi karawitan berciri khas lokal, seperti gaya sragen, Ngawi Madiun, Tuban Tulungagung dsb.
PENUTUP
Demikianlah sekedar pengetahuan tentang karawitan yang dapat kami tuliskan. Masih banyak lagi hal-hal yang belum dapat kami sampaikan pada kesempatan ini. Pengetahuan teknik dasar menabuh Gamelan akan kami sampaikan pada kesempatan lain sesuai dengan waktu yang tersedia. Semoga apa yang kami sampaikan di atas dapat, menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi Saudara.
http://cakdurasim.blogspot.com/2011/10/pengetahuan-karawitan.html
SENI KARAWITAN: DEFINISI, LARAS DAN PERANGKAT GAMELAN
Sejarah karawitan jawa-Karawitan
berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit
juga berarti halus, indah-indah. Sedangkan kata ngrawit berarti suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus,
rumit, dan indah
Kata jawa
karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia
yang bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang
garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki
fungsi, pathet dan aturan garap yang
tampak nyata dalam sajian gending, baik itu yang berbentuk sajian
instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar. mengandung
nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia, maupun asesoris lainnya.
Definisiseni karawitan sendiri adalah musik Indonesia yang berlaras non
diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya sudah
menggunakan sistim notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, sifat pathet,
dan aturan garap dalam bentuk instrumentalia, vokalis dan campuran, enak
didengar untuk dirinya maupun orang lain (Suhastjarja,1984)
LARAS
Perangkat
gamelan yang digunakan dalam seni karawitan memiliki 2 yaitu Laras slendro dan
pelog. Laras slendro dan pelog adalah salah satu dari dua unsur utama yang
mencirikan karawitan.
a. Laras Slendro
Sistem urutan
nada-nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang dengan pola jarak yang hampir sama rata. Sedangkan laras (
nada-nada ) yang digunakan dalam laras slendro adalah:
1. Penunggul, atau sering juga disebut barang, diberi
simbol 1(angka arab satu), dan dibaca siji atau ji.
2. Gulu, atau jangga (kromo jw.), diberi simbol 2 (angka
arab dua), dibaca loro atau disingkat ro
3. Dhodho, atau jaja atau tengah, diberi simbol 3 (angka arab
tiga), dan dibaca telu atau dibaca singkat lu.
4. Lima, diberi simbol 5 (angka arab lima ), dibaca lima
, atau mo sebagai bacaan singkatnya.
5. Nem, diberisimbol 6 (angka arab enam), dibaca nem.
Selain lima
nada pokok tersebut juga sering disebut beberapa nama laras atau nada ,
seperti:
1. Barang, yaitu nada gembyangan dari penungggul, diberi
simbol 1(angka arab satu dengan titik diatas angka), dibaca ji atau siji.
2. Manis, yaitu nada gembyangan gulu, diberi simbol angka
2 ( angka arab dua dengan titik diatas). Manis hanya digunakan untuk laras
kenong dan kempul.
b. Laras Pelog.
Sistem urutan nada-nada yang terdiri dari lima nada (atau
tujuh) nada dalam satu gembyang dengan menggunakan satu pola jarak nada yang
tidak sama rat, yaitu tiga (atau lima) jarak dekat dan dua jauh.
Dalam penyajian, memang sering terdapat beberapa gendhing
yang disajikan dalam laras pelog dengan hanya menggunakan lima nada saja,
terutama dalam kasus penyajian gendhing pelog sebagai hasil alih laras slendro,
yaitu gendhing yang biasanya atau “aslinya” disajikan dalam laras slendro,
kemudian disajikan dalam dalam laras pelog.
Suatu hal yang biasa dalam karawitan Jawa bahwa suatu gendhing dapat dan
boleh disajikan dalam dua laras yang berbeda.
Perangkat
Gamelan
Dalam seni
karawitan terdapat berbagai jenis perangkat gamelan yang di bedakan menurut
jenis,jumlah dan fungsinya di masyarakat yang sejak dulu dan sampai sekarang
masih dilestarikan antara lain:
1. Gamelan
Kodhok Ngorek
Gamelan ini
hanya dimiliki oleh kalangan keraton dan masyarakat umum tidak dibenarkan
memiliki perangkat gamelan sejenis gamelan ini biasanya digunakan untuk:
- Hajatan atau peristiwa perningkahan(temu penganten)
- Upacara(grebeg puasa,bakda,mulud)
- Tanda atau berita tentang adannya kelahiran bayi perempuan
Berikut ini komposisi gamelan Kodhok Ngorek:
- Sepasang kendang alit dan kendang ageng
- Satu atau dua rancak bonang yang terdiri dari delapan
pencon
- Satu rancak rijal yang terdiri dari delapan pencon
- Dua buah gong
- Sepasang penontong
- Sepasang rojeh
- Sepasang kenong
- Serancak kecer
- Serancak gender barung
- Serancak gambang gangsa
Repertoar gending yang biasanya digunakan dalam perangkat
gamelan ini ,yaitu Dhendha santi, pedaringan kebak dan Dhendha gedhe.
Kebanyakan orang menyebut bahwa gamelan kodhok ngorek adalah gamelan dua nada
dan berlaras pelok. Adapun lagu pokok kodhok ngorek yang terdapat pada gamelan
ageng adalah sebagai berikut:
7.76
7.76 7.76 7.76 untuk gamelan tumbuk nem
6.65
6.65 6.65 6.65 untuk gamelan tumbuk lima
Gendhing ini disajikan dari irama seseg (cepat),kemudian
tamban atau dados (lambat) kembali lagi keseseg lalu suwuk (selesai)
2. Gamelan Monggang
Gamelan ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
gamelan kodhok ngorek, walau dari segi umur gamelan ini lebih muda.kedudukan
ini dicapai karena fungsi dan perannya yang lebih banyak dan lebih penting
(tinggi). Fungsi perangkat gamelan ini antara lain:
-Memberi tanda pada berbagai upacara(penobatan,jumenengan
raja)
-Mengiringi gunungan pada berbagai upacara grebeg
-Menengarai berbagai peristiwa penting
-Mengiringi adon-adon (aduan,sabungan)
-Mengiringi latihan perang
-Menengarai bayi laki-laki dari keluarga raja
-Menengarai kemangkatan(meninggalnya raja)
Gamelan Monggang memiliki komposisi ricikan sebagai
berikut:
-Serancak bonang yang terdiri dari empat bagian
-Satu atau lebih rancak bonang.berisi enam pencon yang
terdiri tiga nada
-Tiga rancak kecer
-Satu gayor penonthong terdiri dari dua pencon yang
larasnya berbeda
-Sepasang kendang
-Sepasang gong ageng
-Sepasang rancak
kenong (japan)
Gamelan monggang juga disebut dengan gamelan patigan,
artinya gamelan yang memiliki tiga nada pokok. Gamelan ini juga berlaras pelok
dan slendro, adapun pola tabuhannya sebagai berikut:
1615 / 3231 / 2726
Nada pertama adalah dua nada diatas seleh
Nada kedua adalah satu nada diatas seleh
Nada ketiga adalah nada seleh
Gendhing ini disajikan dari irama seseg (cepat), kemudian
tamban atau dados (lambat) kembali lagi keseseg lalu suwuk (selesai).
3. Gamelan Carabalen
Gamelan Carabalen adalah gamelan dari jenis pakumartan,
yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat atau lembaga diluar keraton.
Gamelan ini memiliki fungsi yang pasti, yaitu untuk menghormati kedatang para
tamu. Gamelan ini memiliki komposisi ricikan sebagai berikut:
- Sepasang kendang (lanang dan wadon)
- Satu rancak gambyong (terdiri dari empat pencon bonang)
- Satu rancak bonang yang berfungsi sebagai klenang dan
kenut
- Sebuah penontong
- Sebuah kenong (japan)
- Sebuah kempul dan gang dalam satu gayor
Gamelan ini memiliki empat nada pokok dan memiliki lebih dari
satu gendhing pada repertoarnya. gendhing-gendhing tersebut antara lain:
- Lancaran Gangsaran
- Lancaran Klumpuk
- Lancaran Glagah Kanginan
- Lancaran Bali-Balen
- Ketawang Pisang Bali
- Ladrang Babad Kenceng
4. Gamelan Sekaten
Gamelan ini dianggap paling terkait dengan upacara islam
(sebagai syiar agama islam) dan gamelan ini ditabuh atau dibunyikan pada pekan
sekatenan atau grebeg mulud pada setiap bulan kelahira Nabi Muhamad S.A.W.
Serta pada setiap acara grebeg-grebeg yang lain. Keraton Surakarta memiliki dua
perangkat gamelan sekaten (Gamelan Sekaten Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur
Madu) dan kedua gamelan ini berlaras pelok. Gamelan ini sengaja dibuat dengan
ukuran yang besar supaya berbeda dengan gamelan yang lain.
Berikut ini adalah komposisi ricikan yang dapat dilihat dan digunakan pada
kedua perangkat
gamelan sekaten yang terdapat pada Keraton Surakarta. Masing-masing adalah:
- Satu
rancak bonang (penembung)
- Dua
rancak saron demung
- Dua
rancak saron barung
- Dua
rancak saron penerus
- Satu
rancak kempyang(berisi dua pencon)
- Sebuah
bedhug
- Sepasang atau dua buah gong besar
Semua perangkat gamelan ini dibuat dari bahan perunggu
dan larasan gamelannya yang kebanyakan tidak berada pada wilayah jangkauan atau
ambitus suara normal maka dengan itu tidak melibatkan vokal dalam penyajiannya.
Gendhing yang biasa disajikan antara lain:
- Ladrang Rambu dan Rangkung laras pelok patet lima
- Ladrang Barang Miring laras pelok patet barang
Konon gamelan ini berasal dari satu perangkat gamelan
yang sama, yang dulunya terdapat dan digunakan pada pekan sekaten di Demak.
Kemudian tradisi ini dilanjutkan di Mataram (Surakarta dan Yogyakarta). gamelan
ini biasanya ditempatkan di depan halaman Masjid Agung, yang masing-masing
gamelan mempunyai tempat sendiri-sendiri (bangsal), kemudin disebut bangsal
Pagongan.
5. Gamelan Ageng
Perangkat gamelan standar (lengkap jenis ricikannya)
dengan berbagai jenis kombinasi dan di dalam kehidupan sehari-hari hampir selalu
di gunakan untuk berbagai keperluan, dari ritual masyarakat yang paling profan
dan untuk hiburan (komersial). Dari perangkat gamelan ini dapat di bentuk
perangkat gamelan lainnya dengan komposisi, nama dan kegunaan yang bervariasi.
Diantarannya: perangkat klenengan, wayangan, gadhon, cokekan, siteran dan
sebagainya serta di dalam perangkat gamelan ini juga terdapat gamelan Super.
Gamelan ini adalah salah satu bentuk pengembangan ukuran, jenis, dan jumlah
dari unsur, terutama ricikan perangkat gamelan ageng {bila gamelan ageng cukup
memiliki dua buah saron barung , satu saron penerus dan satu demung tetapi
kalau pada perangkat gamelan super
memiliki dua kalinya gamelan ageng (balungan) jumlah tersebut masih di kembangkan
dengan di tambahnya beberapa kempul, kenong, gong, dan sebagainya pada
masing-masing laras (slendro dan pelok)
yang jumlahnya relatif dan menurut selera sipemesan gamelan.
Perkembangan dan pengembangan perangkat gamelan menjadi
semakin meningkat dan beragam baik kualitas maupun kuantitasnya. Seperti instrumen dan permainan
musik dari luar dunia gamelan (terompet, drum set, keyboard, dan lain-lain).
Bagi
masyarakat Jawa, perangkat gamelan dalam seni karawitan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Sebagai
bangsa yang memiliki kultur budaya jawa, kita harus bangga memiliki alat
kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada.
Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat
mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun
suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.
Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan
seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa
kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena
jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing (Trimanto, 1984).
http://yokimirantiyo.blogspot.com/2013/02/seni-karawitan-definisi-laras-dan.html
Langganan:
Postingan (Atom)